Mobil-mobil telah berderet sepanjang 1 kilometer (KM) dari lokasi yang digunakan untuk Senam Al Fatihah, malam itu (14/3/2014) bulan terang dengan ribuan bintang di langit hutan jati Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur.
Dari kejauhan, tampak sinar terang diantara pohon-pohon jati, semua yang datang setelah pukul 19:00 dengan mobil, masih harus berjalan kaki sejauh 1 KM di jalanan yang telah beraspal sejak pengambilan api Pekan Olahraga Nasional (PON) XV tahun 2000 lalu, dari lokasi parkir, jalanan menurun.
Sebelum sampai di gerbang situs, jalan berpaving mempertegas identitas Bojonegoro. Ratusan warga yang berbaur dengan pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro telah ada di dalam situs dimana api tak kunjung padam itu berada.
Seluruh yang hadir disambut dengan panel dekorasi yang menyala bertuliskan ‘Senam Al Fatihah Karya Kang Yoto’. Malam itu memang akan dilaksanakan senam Al Fatihah di loklasi tersebut. Nyala sumber api abadi sangat terang malam itu, apinya biru berkobar-kobar, beberapa pengunjung tampak sibuk berfoto, bahkan ada beberapa berjalan melintasi api yang dipercaya sebagai tempat penempaan sejumlah pusaka penting di jaman kerajaan Majapahit itu.
Lamat-lamat terdengar gending yang mengiringi alunan lembut seorang sinden. Diujung, pendopo yang biasanya digunakan untuk pentas dan berlatih menari tampak terang mencolok, di depan pendopo tersebut sebuah tenda raksasa bertuliskan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) berdiri.
Pendopo tersebut digunakan sebagai lokasi jamuan makan malam. Tak seperti kegiatan seremonial pemerintahan, tak ada deretan kursi dan terop di situ. Malam itu, warga Bojonegoro dijamu dengan aneka makanan, sate dan gule kambing menjadi favorit bagi masyarakat setempat.
Segerombolan ibu-ibu tampak ragu, mereka berhenti di depan pendopo. “Monggo bu, silahkan masuk makan dulu, ada satenya,” suara dari sudut itu akhirnya membuat mereka tak ragu lagi. Ternyata itu suara Kang Yoto (Bupati Bojonegoro), yang sedak duduk di sudut pendopo, ia bersama beberapa orang lainnya duduk di deretan anak tangga terbawah.
Tampak sejumlah tokoh nasional duduk menemani Kang Yoto, ada Pemimpin Redaksi Kompas, Wartawan Senior, dan sejumlah artis nasional. Agaknya mereka memilih duduk di sudut agar dapat menikmati alunan gending dengan latar belakang kobaran api abadi tersebut.
Selama lebih dari 3 jam, masyarakat dan seluruh yang hadir mendapat jamuan makan malam, mereka bebas tanpa protokoler untuk santai di kawasan yang pernah diduga bekas kompleks bangunan penting di jaman awal-awal kerajaan Majapahit.
Waktu menunjukkan pukul 21:30, beberapa orang tampak sibuk menyiapkan tikar di depan pendopo tersebut. “Baik, monggo semuanya yang sudah makan malam, kita kumpul di depan,” suara Kang Yoto melalui pengeras suara. Kang Yoto memang terbiasa merangkap sebagai pembawa acara, kegiatan-kegiatan pemerintahan di Bojonegoro, lebih sering dilaksanakan tanpa ada pembawa acara.
Malam itu, Tim Pelangi dan Bentara Budaya Kompas yang datang mengunjungi Bojonegoro, memang sengaja diajak untuk mengikuti Senam Al Fatihah bersama ratusan warga dan pejabat di lingkup Pemkab Bojonegoro. Senam Al Fatihah merupakan rangkaian dari buku Al Fatihah Codes karya Kang Yoto.
0 komentar:
Posting Komentar